Thursday. Ya itulah hari ini, Kamis. Sesuai jadwal sekolah jam pertama yaitu OR, lamaaa nunggu gurunya, jadi ya olah raga sendiri. Tetep seperti biasa "badminton" huuhyee,, asek !! Aku emang suka olah raga ini, seninya pada saat kita memperhatikan jalannya kok ke kanan-kekiri kanan kiri, huft tapi capek mendongak terus. Next, MTK. New materi tentang barisan dan deret. Ini sih pelajaran SD, SMP dulu. Tapi tetep aja ada yang ngga dimengerti hehhe. And then, the last schedule is PAI ----> Pendidikan Agama Islam :D. Karena ga ada gurunya, jadi ya suruh kerjain tugas. Masih tetep aja suasana kelas hari ini, ada yang muter playlist slow melow krna lagi patah hati hahay, ada yang ngumpul-ngumpul, cerita, corat-coret papan tulis. Disinilah perang dunia ke-5 dimulai (leba-y). Yah, pastinya ada suatu konflik antara kami. Tapi aku anggep cuek bebek aja deh. Kata "ibu penasihat" sih gitu. Jangan dianggap :D

Setiap kali melihat "aku" , saya merasa senang. Tapi tidak demikian dengan "aku". Hatinya sudah beku, termakan rayap. Sesekali "aku" bertanya, "siapa aku"? Saya melontar pertanyaan aneh ini. Karena sesungguhnya saya ya "aku". Tidak bisakah "aku" melihat saya tanpa getar yang dinamakan cinta. Saya ingin "aku" mengerti, ini bukan perkara mudah untuk menerima "aku" menjadi orang yang saya puja. Karena saya tahu "aku" tak bisa bersama dia. Dialah "aku".

Bersemanyam di sini di antara lagu dan nama; mempesiang minta nyawa.
Aduhai, apa aku harus tertidur di antara lelapmu? Yang ribuan tahun dalam kesunyian?
Di mana engkau di antara air mata yang tertahan? Ia menunggumu datang agar mendengar sebutir suara di antara detak-detak bisu di luasnya hidup yang dihamparkan oleh kebekuan yang menyadari gejolak diam-diam.
Cinta telah bekerja dengan aneh dalam diri dan aku tidak tahu apa-apa. Hanya pada tarian hidup di sudut kerliangan matamu detak-detak bergetar menggetarkan sayat menyanyat dalam jeda, cinta; yang membuat pandanganmu pada tatapku berjarak sedetak getar senyum yang menunda tawa sebelum hatimu di bebaskan untuk menari di tengah langit sewaktu matahari bergerak semau sendiri betah di antara padang rindumu.
Tak ada kata, kata, kata, tak ada. Apa hendak kau sebut, saat rindu kehidupan seketika kehilangan nama-nama; hanya detak, getar bunyi bertalu-talu dalam pesta pora saat kau di lumat asmara.
Aku mencintaimu; dengan cinta yang tak bernama.